Sejarah Desa

Sejarah Desa

Menurut penuturan hikayat menyatakan bahwa Sultan Hadlirin ikut dalam pembangunan masjid menara Kudus. Sebelum pembangunan masjid Sunan Kudus mengumpulkan keluarganya guna membagikan tugas dalam pembangunan masjid, ternyata Sultan Hadlirin mendapatkan tugas untuk membuat mihrab masjid dan masjid harus jadi pada jumat wage. Di saat bahan-bahan harus terkumpul sultan tidak hadir di lokasi, Sunan Kudus masih bersabar dan khusnudzon kepada Sultan Hadlirin.

Setelah lama menunggu akhirnya sultan datang akan tetapi beliau langsung ke belakang masjid dan mengambil daun pisang kering, sunan terus mengamati sultan. Daun pisang yang kering kemudian di ikat dengan talu pada tiang-tiang yang dipancangkan pada tempat mihrab. Dengan cambukan 3 kali mendadak kumpulan daun pisang kering berubah menjadi tembok yang kuat. Tanpa berpamitan sultan langsung pulang ke Jepara dan tidak lama kemudian tembok berubah menjadi mihrab yang megah. Kejadian tersebut membuat Sunan Kudus menjadi marah dan geram.

Karena merasa diremehkan oleh Sultan Hadlirin, Sunan Kudus langsung memanggil Arya Penangsang dan menyuruhnya untuk membunuh Sultan Hadlirin. Padahal Arya Penangsang sendiri sebenarnya takut menghadapi Sultan Hadlirin, lalu Arya Penangsang menyuruh abdinya untuk mengejar sultan. Setelah abdinya menghadap pada sultan badannya langsung gemeteran, Sultan terkejut dan bertanya apa yang sebenarnya mereka inginkan. Karena takut lalu abdinya berterus terang.

Sultan tak sedikitpun marah, seakan-akan beliau mengetahui bahwa ajalnya telah tiba. Beliau menyuruh abdi dari Arya Penangsang tersebut untuk membunuhnya, akhirnya sultan meninggal dunia. selanjutnya jenazah Sultan Hadlirin di bawa ke Jepara dengan cara dipikul oleh pengikutnya. Pembawaan jenazah Sultan Hadlirin ke Jepara menjadi sejarah tersendiri bagi wilayah-wilayah yang di lewati yang kemudian menjadi nama-nama desa. Termasuk Desa Lebuawu.

Saat melewati Desa Lebuawu rombongan tiba-tiba ada debu yang berterbangan sehingga dinamakanlah LEBU yang dalam bahasa indonesia adalah debu juga AWU yang berarti debu dalam bahas Indinesianya. Maka jadilah LEBUAWU menjadi nama desa yang telah dilewati iring-iringan jenazah Sultan Hadlirin.